PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebudayaan merupakan sesuatu yang berkembang dari hal yang biasa, menjadi terbiasa, dan berkembang menjadi sebuah kebiasaan. Tentunya semua itu tak lepas dari hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Kebudayaan memang identik dengan warisan leluhur. Apabila dikorelasikan dengan era sekarang, kebudayaan memang tidak sepenuhnya murni. Dikatakan tidak sepenuhnya murni karena kebudayaan tentu mengalami suatu metamorfosa dari generasi ke generasi.
Seiring majunya peradaban manusia dan jaman, hal ini menuntut dan mendorong segala sesuatu untuk melakukan perubahan, baik segi dalam fisik dan non fisik, seperti pola pikir, tingkah laku, atau pun sosial dan budaya, yang pada dasarnya hal tersebut akan selalu mengalami gelombang perubahan. Dalam hal ini, perubahan juga dapat mempengaruhi suatu kebudayaan yang sudah membudaya sejak dahulu.
Kebanyakan kebudayaan yang merupakan warisan leluhur dapat tertutup atau ditinggalkan sejak masuknya kebudayaan baru. Akan tetapi, semua itu kembali kepada bagaimana sikap dan tanggapan terhadap kebudayaan baru yang muncul, apakah akan diterima dengan baik atau bersikap tertutup dengan kebudayaan baru tersebut.
Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat dianalisa dari berbagai segi diantaranya: ke “arah” mana perubahan dalam masyarakat itu “bergerak” atau direction of change, yang jelas adalah bahwa perubahan itu bergerak meninggalkan faktor yang diubah.
Pada dewasa ini, berbagai kebudayaan baru mulai bermunculan. Dipacu oleh adanya globalisasi yang menuntut segala sesuatu melakukan perubahan. Terutama dalam kebudayaan (kesenian). Revolusi tersebut bisa dalam bentuk asimilasi kebudayaan, akulturtasi kebudayaan, atau tetap mempertahankan kebudayaan secara murni.
TeMBI Rumah Budaya adalah salah satu tempat yang masih bertahan di tengah globalisasi, dalam usahanya untuk mempertahankan dan melestarikan salah satu kebudayaan Jawa, yaitu Seni Karawitan. Hal inilah yang menjadi daya tarik penulis untuk mengkaji mengenai Seni Karawitan di TeMBI Rumah Budaya pada era globalisasi.
B. Batasan Masalah
1. Yang dimaksud Karawitan adalah sebuah budaya Jawa, di mana serangkaian alat musik tradisional (seperti : Gong, Saron, Demung, Kendhang, Bonang, dan lain sebagainya) dibunyikan selaras senada mengikuti titi laras tertentu, dan bisa diiringi dengan sekar (lagu).
2. Yang dimaksud TeMBI Rumah Budaya adalah sebuah tempat, yang berperan dalam melestarikan Kebudayaan Jawa (seperti : Topeng, Batik, Arsitektur Bangunan Jawa, Wayang, Gamelan, Gerabah, Kuliner, dan Tari Tradisional) yang dilengkapi dengan pelatihan untuk mengenal kebudayaan tersebut.
C. Rumusan Masalah
1. Apa itu Seni Karawitan?
2. Bagaimana cara melestarikan Seni Karawitan di TeMBI rumah Budaya di tengah era globalisasi?
D. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Seni Karawitan.
2. Mengetahui cara melestarikan Seni Karawitan di TeMBI Rumah Budaya.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi pemerintah, karya ilmiah ini memberikan masukan informasi, solusi atau jalan keluar dalam mengkaji ulang tentang seni Karawitan yang merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang ada di Jawa.
2. Memberikan kesadaran dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya peran serta dalam melestarikan seni Karawitan, agar kesenian tersebut dapat dilestarikan.
3. Memberikan masukan berupa informasi, pengetahuan baik secara lisan, dan tulisan kepada peserta sekaligus penyelenggara JETRANAS 2012.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada hari Minggu, 15 Juli 2012 pukul 11.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB.
2. Tempat Penelitian
Tempat yang penulis pilih sebagai tempat penelitian adalah di lingkungan TeMBI Rumah Budaya yang terletak di Desa TeMBI, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan narasumber terkait, dan melakukan praktek secara langsung dengan obyek yang diteliti (Seni Karawitan). Selain itu, penulis juga menggunakan studi pustaka untuk mengkorelasikan antara hasil wawancara dan praktek secara langsung tersebut.
C. Teknik Analisis Data
1. Langkah pertama yaitu mengumpulkan informasi mengenai Seni Karawitan melalui pengenalan dan penjelasan yang dilakukan oleh pengelelola TeMBI rumah Budaya.
2. Langkah kedua, penulis melakukan praktek secara langsung mengenai cara memainkan gamelan (ngrawit).
3. Langkah ketiga, penulis melakukan wawancara kepada narasumber yang ada di TeMBI Rumah Budaya, yaitu Bapak Mardiyono selaku pembimbing Seni Karawitan.
4. Langkah keempat penulis mencari informasi untuk menghubungkan data-data hasil interview dengan bahan bacaan, media cetak, juga dengan bantuan sumber informasi dari internet, yang sesuai dengan masalah karya ilmiah ini, yang kemudian dipastikan bahwa semua data telah diperoleh.
5. Langkah kelima yaitu menganalisis hasil wawancara melalui narasumber dan literatur yang penulis peroleh.
6. Langkah terkahir, penulis menuangkannya ke dalam karya ilmiah ini.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Kegiatan Penelitian di Lapangan ( TeMBI Rumah Budaya )
Dalam melakukan penelitian, seperti yang dijelaskan pada metode penelitian, peneliti melakukan tahapan-tahapan dalam mengumpulkan data.
1. Pada langkah pertama, peneliti diberi materi dan penjelasan mengenai Seni Karawitan yang ada di TeMBI Rumah Budaya. Penjelasan tersebut mencakup aspek:
a. Instrumen gamelan (seperti: Gong, Saron, Demung, Bonang, Kempul, Peking, Kendhang, Gender, dan lain sebagainya).
b. Titi laras
Titi laras itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu titi laras Slendro (nada: 1, 2, 3, 5, 6) atau dalam bahasa jawa (ji, ro, lu, mo, nem) dan titi laras Pelog (nada: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7) atau (ji, ro, lu, pat, mo, nem, pi).
b. Cara memainkan gamelan-gamelan tersebut.Dalam hal ini, penulis diajarkan mengenai tempo-tempo dan cara memainkan alat musik gamelan.
2. Langkah kedua, penulis melakukan praktek secara langsung mengenai cara memainkan gamelan (ngrawit).
Penulis diajak terjun langsung untuk belajar memainkan alat musik gamelan (mengrawit) serta diajarkan untuk menyelaraskan permainan alat musik gamelan, antara satu dengan yang lain.
3. Langkah ketiga, penulis melakukan wawancara kepada narasumber yang ada di TeMBI Rumah Budaya, yaitu Bapak Mardiyono selaku pembimbing Seni Karawitan.
Setelah melakukan praktek secara langsung, penulis diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab dengan salah satu pengelola TeMBI Rumah Budaya, Bapak Mardiyono, yang membawahi bagian Seni Karawitan.
4. Langkah keempat penulis mencari informasi untuk menghubungkan data-data hasil interview dengan bahan bacaan, media cetak, juga dengan bantuan sumber informasi dari internet, yang sesuai dengan masalah karya ilmiah ini, yang kemudian dipastikan bahwa semua data telah diperoleh.
Hasil dari wawancara tersebut, dikorelasikan dengan kajian-kajian pustaka yang diperoleh dari bahan bacaan berupa buku, dan juga dengan bantuan internet.
B. Hasil Wawancara dengan Narasumber (Bapak Mardiyono)
Berikut adalah garis besar wawancara antara tim penulis dengan Bapak Mardiyono selaku narasumber.
• Tanya : Nuwun Sewu, Pak, apa yang dimaksud dengan Seni Karawitan itu?
Jawab : Seni Karawitan merupakan seni suara daerah baik vokal atau instrumental (gendhing) atau kolaborasi dari kedua unsur tersebut.
• Tanya : Apa asal kata karawitan ?
Jawab : dalam Bahasa Sansekerta yaitu ‘Ngrawit’ yang artinya lembut, sedangkan dalam bahasa jawa yaitu Olah Rasa yang artinya intropeksi diri/ perasaan.
• Tanya : Bagaimana awal mula adanya Seni Karawitan ?
Jawab : Sampai saat ini para pakar belum mengetahui sejak kapan awal mula munculnya seni karawitan.
• Tanya : Apa fungsi dari Karawitan ini?
Jawab : Dalam perkembangan saat sekarang ini, seni karawitan berkembang s ebagai hiburan, pengiring tari dan iringan acara adat
• Tanya : Apa ada pembagian dari seni Karawitan?
Jawab : Dalam karawitan terdapat tiga pembagian jenis, yang di antaranya
1. Karawitan Sekar merupakan olah vokal dari sinden
2. Karawitan Gending merupakan Gabungan instrumen dari gamelan
3. Karawitan Sekar gending merupakan gabungan dari olah vokal sinden dengan instrumen gamelan yang dimainkan
• Tanya : Apa saja nama yang dipakai untuk menyebut pengerawit?
Jawab : Untuk pemain perempuan disebut wranggana (pesinden), sedangkan untuk nama pemain laki-laki disebut Penggerong (wiraswara). Itu dalam memainkan alat musik gamelan juga ada titi laras Slendro dan Pelog. Titi laras itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu titi laras Slendro (nada: 1, 2, 3, 5, 6) atau dalam bahasa jawa (ji, ro, lu, mo, nem) dan titi laras Pelog (nada: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7) atau (ji, ro, lu, pat, mo, nem, pi).
• Tanya : Bagaimana pandangan bapak terhadap para remaja yang kurang tertarik terhadap Seni Karawitan, justru mengagumi kesenian dari luar ?
Jawab : Memang minat remaja sekarang untuk menyukai Seni Karawitan memang sangat kurang. Kita boleh menyukai kebudayaan luar, tetapi kebudayaan kita harus tetap dijaga dan dirawat. Jangan sampai menjadi kacang lali kulite.
• Tanya : Apa peran TeMBI Rumah Budaya terhadap Seni Karawitan tersebut?
Jawab : TeMBI Rumah Budaya niku maringi atau memberi kebebasan kepada siapapun yang ingin belajar atau bermain alat musik gamelan ini (ngrawit). Saya kagum dengan anak-anak dari ISI yang masih peduli, atau mau belajar ngrawit. Banyak juga anak SMA misalnya SMKI itu yang masih belajar di sini. Asal tidak tabrakan jadwal berlatihnya. Kula niku sampun sepuh, ya berharap ada yang mau meneruskan. Saya berharap, nantinya TeMBI Rumah Budaya ini mampu melahirkan para pengrawit-pengrawit baru untuk menggantikan generasi yang lama. Saya menangis dalam hati, menyaksikan generasi-generasi bangsa ini justru menyukai budaya luar daripada budaya sendiri. Padahal, seperti yang dikatakan wakil menteri tadi, bahwa budaya kita itu beraneka ragam dan sudah berusaha untuk dipatenkan.
• Tanya : Terimakasih ya Pak atas waktunya. Semoga jasa-jasa Bapak dibalas oleh Yang Maha Agung. Matur Nuwun.
Jawab : Inggih. Semoga di tengah globalisasi ini juga, TeMBI Rumah Budaya mampu melestarikan dan mempertahankan Seni Karawitan di tengah bermunculannya kebudayaan baru.
C. Rangkuman Wawancara tentang Pengertian Karawitan
Seni Karawitan adalah suatu karya seni, di mana alat musik gamelan dimainkan secara bersama dan harmoni, mengikuti titi laras tertentu, dan bisa diiringi oleh sekar (nyanyian). Karawitan berasal dari bahasa jawa ‘ngrawit’ yang berarti lembut, atau alus.
Karawitan terdapat di beberapa wilayah Indonesia. Penyebarannya meliputi daerah pulau Jawa, Sumatera, Madura, dan Bali. Biasanya seni musik ini dipentaskan dalam pagelaran seni untuk mengiringi tarian, upacara adat, dan nyanyian. Karawitan yang sangat terkenal adalah karawitan yang berasal dari Jawa.
Karawitan di setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Sehingga, dalam memainkannya pun tidak sama satu daerah dengan daerah yang lain. Hal yang membedakannya adalah alat musik yang digunakan, bentuk alat musik yang dipakai, bunyi yang dihasilkan, materi (titi laras dan lagu) yang diberikan serta adat ketika memainkan.
D. Jenis karawitan
Ditinjau dari penyajiannya, karawitan dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu Karawitan Sekar(vokal), Karawitan Gending (instrummen), dan Karawitan Sekar Gending (campuran).
1. Karawitan Vokal ( Sekar ).
Yang dimaksud adalah karawitan ini lebih menekankan kepada vokal atau suara dari penyanyi.
2. Karawitan Gending (instrumen)
Gending lebih mengutamakan unsur instrumen atau alat musik dalam penyajiannya.
3. Karawitan Sekar Gending
Dalam penyajiannya, karawitan ini tidak hanya menampilkan salah satu diantara keduanya , tetapi juga kedua karawitan ini ditampilkan secara bersama-sama agar menghasilkan karawitan yang bagus
E. Fungsi Karawitan
Fungsi Seni Karawitan mengalami perkembangan. Disamping sebagai sarana upacara, seni karawitanpun mengalami perkambangan dalam kehidupan masyarakat.Disamping sebagai sarana upacara, seni karawitan pun juga berfungsi sebagai hiburan.
Dahulu seni karawitan produk Kraton hanya dinikmati di lingkungan kraton. Selanjutnya karena keterbukaan Kraton Yogyakarta, dan palilah dalem, seni karawitan produk katon sudah berbaur dengan masyarakat penduduknya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil wawancara dan langkah yang dilakukan oleh penulis, penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut.
1. Seni Karawitan adalah suatu karya seni, di mana alat musik gamelan dimainkan secara bersama dan harmoni, mengikuti titi laras tertentu, dan bisa diiringi oleh sekar (nyanyian). Karawitan berasal dari bahasa jawa ‘ngrawit’ yang berarti lembut, atau alus.
2. Di tengah era globalisasi, TeMBI Rumah Budaya masih bertahan dalam melestarikan Seni Karawitan. Dilihat dari bebas bertanggungjawab dalam menggunakan alat musik gamelan untuk latihan ngrawit. Walaupun di era globalisasi, masih ada segelintir masyarakat juga generasi muda yang mau ikut serta melestarikan Seni Karawitan, dengan cara belajar dan berlatih Karawitan menggunakan fasilitas di TeMBI Rumah Budaya.
B. Saran
Dalam pelaksanaan JETRANAS tahun 2012, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan pelaksanaan JETRANAS mendatang dan penulis memberikan beberapa saran, yaitu :
1. Bagi para panitia JETRANAS 2012, diharapkan dapat meningkatkan disiplin waktu agar acara dapat dijalankan sesuai dengan jadwal yang sudah ada.
2. Penyajian makanan dalam acara JETRANAS 2012 sudah memuaskan. Namun, perlu diperhatikan menu makanan. Berhubung JETRANAS 2012 mencakup seluruh Indonesia, banyak peserta yang merasa kurang cocok dengan menu makanan yang ada, meskipun tujuannya untuk menonjolkan ciri khas makanan Yogyakarta. Sehingga, kami berharap untuk JETRANAS ke depan dapat diadakan penyesuaian menu makanan. Agar para peserta dapat merasa puas dengan menu makan yang disediakan.
3. Meskipun setiap kelompok sudah mendapat tema masing masing, alangkah lebih baiknya apabila peserta diberi kesempatan untuk dapat mempelajari dan mencoba keseluruhan tema. Karena, hal itu merupakan bagian dari pembelajaran mengenai kebudayaan nasional (Yogyakarta).
Selebihnya dari acara JETRANAS tahun ini cukup memuaskan dan kami berharap pelaksanaan JETRANAS tahun depan dapat berjalan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Benedict, Ruth. 1980. Patterns of Culture. Boston: Houghton Mifflin Co.
Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor. 1993. Kualitatif, Dasar-dasar Penelitian. Surabaya : Usaha Nasional.
Harris, Marvin. 1988. Culture, People, Nature : An Introduction to General Anthropology. New York, Harper and Row Publishers.
Sumber dari internet :
http://agusdarantaku.blogspot.com/2011/03/jenis-jenis-karawitan.html
Sumber langsung :
Wawancara dengan Bapak Mardiyono (61 tahun)
0 komentar:
Posting Komentar