• Kompleksitas Negeriku Ini


           Sudah tidak asing lagi bila kita mendengar kata korupsi, kolusi dan nepotisme. Ya, mungkin di negara lain ada kejadian KKN, namun kita membahas yg ada di negara kita saja, yaitu Indonesia. Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, negara yang penuh dengan sumber daya alamnya, kental akan kebudayaannya, lengkap dengan sejarahnya, dan dimana ada kota, disitulah ada bukti sejarah (museum). Indonesia dahulu menjadi negara yang indah dengan kesejukan dan keindahan pemandangannya, hutan pun masih asri. Namun, bila dibandingkan dengan sekarang sangat jauh berbeda. Mana Indonesia yang dikatakan sebagai negara agraris bila sawah-sawah yang membentang itu dirusak oleh bangunan-bangunan yang justru malah membuat global warming semakin bertambah. Dimana pula budaya-budaya Indonesia bila para pemudanya pun tidak ikut menjaga dan menguri-urinya. Dan dimana sekarang kota-kota yg bersejarah museum-museumnya tidak diprioritaskan malah justru bangunan tempat perbelanjaan (mall) lebih banyak dibangun ?
    Itu adalah beberapa permasalahan yang ada di Indonesia, masih banyak lagi permasalahan yang terjadi. Seperti di kalangan politiknya, banyak sekali para pejabat yang hampir tidak terhindar dari masalah kasus korupsi, kasus suap dan hal-hal lainnya. Kalau sudah seperti ini, siapa yang pantas untuk disalahkan ? tentunya pejabat itu yang disalahkan dan pantas untuk diberi punishment. Tujuan diberi hukuman agar orang yang melakukan tindak tercela itu sadar dan bertaubat kepada yang Maha Kuasa dan meminta maaf kepada rakyat-rakyat yang sudah dirugikan. Namun, tidak semua para pejabat yang berlaku tidak bijak, masih ada mungkin sebagian pejabat-pejabat yang baik hatinya dan jujur. Untuk itu berilah sedikit reward untuk pejabat yang menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. 
    Kembali lagi pada proses hukum di Indonesia, hukum seharusnya diberlakukan bagi siapa saja yang melanggar, tidak memandang kedudukan atau jabatan seseorang, tidak memandang orang itu anak orang kaya atau anak miskin, tidak memandang orang itu anak pejabat atau anak biasa. Begitulah arti dari hukum yang sesungguhnya, namun sepertinya arti dari hukum yang seperti itu sudah mulai tidak digubris oleh yang berwenang. Hukum di Indonesia sudah bisa dibeli dengan uang, rumah atau pun mobil dan barang-barang mewah yang asalnya dari orang-orang kaya. Entah para petinggi-petinggi itu sadar akan dosanya atau tidak, namun karena iming-iming atau suap yang begitu menggiurkan ia berani menerima tawaran itu dan membebaskan seseorang yang bersalah itu dari jeratan hukum.
    Seperti yang terjadi pada baru-baru ini, kecelakaan yang terjadi dan menewaskan sedikitnya 2 orang korban, tersangkanya pun masih dijadikan pro dan kontra dalam hukumnya. Padahal bila dibandingkan dengan kecelakaan yang lalu terjadi dan tersangkanya adalah Afriyani yang menewaskan 9 orang korban jauh berbeda dengan kecelakaan yang dilakukan tersangka lelaki ini. Bila Afriyani langsung diproses hukum, lain halnya dengan tersangka lelaki ini, proses hukumnya diperlamban dan terjadi suatu pro kontra. Dan dibalik semua perlambanan hukum ini pastilah ada sesuatu yang membuat polisi enggan atau takut untuk menyatakan bahwa anak lelaki itu bersalah (menjadi tersangka). 


    Sekarang kita mengaca kepada diri kita sebagai rakyat biasa. Negara kita adalah negara Demokratis dan semua public sudah tahu mengenai hal itu, namun dalam berdemo dan mengambil tindakan sebaiknya perlu dipikirkan kembali apa dampak yang akan terjadi bila kita melakukan tindak demo dengan anarkis. Besar kemungkinan terjadi pertumpahan nyawa akibat dari demo tersebut. Demo boleh-boleh saja, asal tidak merugikan diri sendiri ataupun merugikan orang lain. Bila dilihat dari sisi positifnya, demo bisa dijadikan gebrakan untuk menyadarkan dan membuat kapok para pejabat-pejabat yang telah merugikan rakyat-rakyatnya. Namun, perlu dipertimbangkan kembali, kita sebagai rakyat harus menghargai kerja keras Presiden beserta menteri-menterinya, mereka hanyalah manusia biasa seperti kita, hanya saja kedudukan kita berbeda dengan mereka, jadi tidak mungkin selalu benar dalam bertindak.
    Begitu kompleksnya masalah yang ada di negara kita, membuat presiden kewalahan dalam mengatasinya. Tentu tidak mudah memecahkan semua masalah-masalah itu secara cepat, namun dibutuhkan kesabaran serta tindakan untuk memperbaiki permasalahan yang terjadi secara bertahap. Belum lagi perekonomian di Indonesia, sempat terjadi kelangkaan dan kenaikan harga barang. Belum lagi disusul dengan isu kenaikan harga BBM, membuat rakyat semakin resah. Namun jika diperdalam, sudah selayaknya harga BBM itu mengalami kenaikan, karena bahan bakar di negara kita pun sudah mulai menipis, belum lagi hutang luar negeri kita mulai bertambah, jadi pemerintah pun merasa serba salah, apabila dinaikkan rakyat-rakyat pada berdemo, namun bila tidak dinaikkan dampaknya akan lebih rumit lagi. Jalan keluarnya adalah dengan membatasi penggunaan BBM secara hemat. Dan sudah seharusnya kita sebagai rakyat Indonesia mulai belajar menjadi rakyat yang cerdas, menilai secara objektif dan subjektif suatu permasalahan, bukannya malah semakin memperumit permasalahan. 
    Masuk dalam masalah kemiskinan. Kemiskinan adalah hal yang mungkin cukup banyak, karena angka kemiskinan di Indonesia semakin bertambah, bukan berkurang. Kemiskinan itu pun mengacu pada tindak kriminal, karena pada kondisi seperti itu, seseorang merasa butuh uang atau butuh sesuatu, bila dia tidak mendapatkan keinginannya itu, maka ia tidak segan-segan melakukan tindak kejahatan dengan cara, mencuri, merampok, menjambret atau memeras. Dan jangan sampai lagi terjadi seorang Ibu yang membunuh anak-anaknya karena himpitan ekonomi/keuangan. Oleh karena itu, dalam mengatasi kemiskinan ini hendaknya pemerintah memberi jaminan atau suatu modal kepada rakyat-rakyat miskin agar mereka bisa membuat suatu usaha atau warung-warung, setidaknya untuk membantu biaya hidup mereka. Sebaliknya, warga yang sudah diberi modal harus memanfaatkan modalnya itu dengan benar, jadi dapat terjalin kerja sama yang balance (seimbang) antara pemerintah dengan warganya. Dan diharapkan agar usaha yang dilakukan pemerintah pun membuahkan hasil, yaitu menurunnya angka kemiskinan dan angka kriminalitas di Indonesia. 
    Masalah kesehatan pun juga berkaitan dengan masalah ekonomi. Bila orang yang sakit itu dari kalangan orang miskin, tentu mereka hanya menunggu uluran tangan-tangan orang dermawan, apabila sakit itu parah, mengapa tidak dibawa ke rumah sakit ? pasti alasan merekapun terkait biaya. Terutama di daerah pedalaman atau pedesaan, jarang atau bahkan tidak ada sama sekali klinik kesehatan, minimnya pengetahuan mereka membuat mereka membiarkan saja rasa sakit yang mereka alami itu berkembang bertambah parah. 

    Tentunya dalam mengatasi hal semacam ini, perlu diadakannya pembangunan klinik kesehatan untuk warga desa atau pedalaman dan dilengkapi dengan dokter atau perawat yang menanganinya, disertai dengan penyuluhan kesehatan untuk warga-warganya. Dengan demikian diharapkan agar warga-warga mendapatkan pengetahuan kesehatan yang benar serta dapat mengurangi angka kematian, karena kematian berkaitan erat dengan kesehatan.
    Lanjut dalam  permasalahan terkait dengan lapangan kerja, semakin meningkatnya angka kelahiran semakin menyempitnya pula lapangan kerja. Dalam mengatasi hal ini, pemerintah berencana untuk mengurangi jumlah pekerja (PHK). Dan apabila PHK itu dilakukan, dampaknya pun sangat terlihat bahwa angka pengangguran semakin bertambah banyak. Alangkah lebih baiknya bila rencana pemerintah itu dibatalkan, karena kasihan pihak yang dipecat, mereka jelas tidak bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan hidupnya. Dan apabila program itu diberlakukan, alihkan saja orang-orang yang nganggur itu menjadi TKI/TKW secara legal dengan melatihnya terlebih dahulu. Dibarengi dengan KB, dengan begitu krisis pertumbuhan penduduk dapat diminimalisirkan agar peluang seseorang bekerja pun semakin luas.  
    Beralih ke permasalahan terkait kenakalan remaja. Saya sebagai pelajar kota Yogyakarta dan sebagai warga negara Indonesia pula prihatin dengan maraknya kasus seks bebas di kalangan remaja. Entah apa yang ada dipikiran para remaja saat ini, mengapa mereka melakukan tindakan yang seharusnya tidak mereka lakukan. Padahal telah banyak pula dilakukan penyuluhan terkait dengan masalah kesehatan reproduksi. Apabila kita amati, pergaulan dan perkumpulan yang menyimpang itulah yang menjadi salah satu faktor pendorong para remaja melakukan seks bebas. Tidak menutup kemungkinan pula setelah mereka melakukan seks bebas, dia akan melakukan aborsi apabila dia mengalami kehamilan. Dengan melakukan hal semacam itu tanpa disadari dosa mereka menjadi berkali lipat. 
    Bila remaja itu cerdas, dia tidak akan melakukan seks bebas. Karena mereka tahu betul apa dampak yang akan ditimbulkan dari seks bebas itu sendiri. Salah satunya adalah penyakit HIV/AIDS karena pada usia kita yang sangat muda ini masih rentan terkena penyakit kelamin, dan mental kita masih belum siap untuk melahirkan dan belum mampu  menjadi ibu yang sempurna. Besar kemungkinan pula anak yang kita kandung itu mengalami cacat fisik, karena usia kita yang masih sangat muda untuk mengalami kehamilan. Dampak yang paling menonjol apabila remaja mengalami kehamilan adalah dia akan dianggap sebagai wanita remaja yang nakal, dan menjatuhkan martabat keluarganya sendiri serta diperolok dan dikucilkan dari lingkungannya. Dan yang lebih parahnya lagi, dia akan dikeluarkan dari sekolah, tentu saja masa depannya pun hancur berantakan akibat perbuatannya itu sendiri. Padahal negara kita ini negara timur, sudah selayaknya kita mengikuti budaya timur kita, bukan malah meniru budaya barat mereka. Negara kita juga didasarkan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar, sudah sepatutnya kita menaati aturan-aturan yang telah ditetapkan jika kita ingin menjadi warga negara yang baik. 




           Disusul dengan penyalahgunaan NAPZA (Narkoba Psikotropika dan Zat adiktif) bukan hanya di kalangan remaja, tetapi di kalangan artis pun sudah banyak yang memakainya. Seharusnya mereka menggunakan uang itu untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, bukankah narkoba, obat-obatan terlarang itu mahal harganya ? tetapi mengapa mereka sebagai penggunanya mau mengeluarkan uang yang banyak untuk hal yang sama sekali tidak membawa manfaat untuk tubuh mereka ? padahal sekali memakai obat-obatan terlarang itu, mereka selanjutnya akan mengalami ketergantungan. Dan apabila alasan mereka untuk obat penenang itu salah besar, justru obat itu yang membuat kita berhalusinasi (narkoba dalam jenis tertentu). Mungkin apabila ada teman kalian yang “pengguna” lebih baiknya untuk dipulihkan, namun tidak mudah bagi kita memulihkan orang yang kecanduan seperti itu, untuk lebih tepatnya bawa dia ke tempat rehabilitasi agar dia mendapatkan penanganan yang tepat untuk penyembuhannya. 
            Masalah lainnya berkaitan dengan sampah. Warga-warga sekitar apabila ingin mengalami perubahan yang lebih baik sebaiknya mengurangi diri dengan tidak membuang sampah sembarangan. Akibat dari pembuangan sampah sembarangan tentu akan menimbulkan berbagai masalah, sudah pasti menimbulkan banjir, pengotoran sungai, menyumbat saluran-saluran dan hal-hal lain yang menimbulkan kerugian dan ketidaknyamanan. Warga seringkali menuntut agar pemerintah dapat mengatasi sampah-sampah itu, padahal mereka sendiri juga tidak bisa menjadi warga yang disiplin dengan  membuang sampah pada tempatnya. Lagi-lagi, diperlukan kerja sama antara pemerintah dengan warganya. Dan hendaklah kita sebagai warga negara Indonesia saling berintrospeksi diri, jangan siapa menyalahkan siapa. Dan bila perlu pemerintah membuat  denda atau hukuman bagi yang membuang sampah sembarangan. Tidak lain dan tidak bukan, pendendaan itu dilakukan adalah untuk mengajari masyarakat sekitar apa arti dari disiplin itu dan dengan begitu diharapkan agar masyarakat mempunyai rasa tanggung jawab pada lingkungan masing-masing.
            Beralih ke bidang pendidikan di Indonesia, umumnya wajib belajar dahulu hanya 9 tahun, namun seiring berkembangnya zaman dan semakin pesatnya teknologi, wajib belajar di Indonesia diberlakukan 12 tahun. Bagi orang-orang mampu, pendidikan itu akan ditempuh selama 12 tahun dan melanjutkannya dengan study kuliah dalam negeri atau luar negeri. Tetapi, bagi orang yang kurang mampu, pendidikan hanya dapat ditempuh hanya sampai 6 tahun saja, jikalau mau melanjutkan orang tuanya pun harus meminjam uang ke sana ke sini demi dapat menyekolahkan anaknya hingga tingkat SMA/SMK. Bagaimana dengan nasib anak-anak yang terlantar ? apakah sempat terbesit di pikiran anda untuk menolong mereka bersekolah ? 
    Padahal sudah menjadi hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Lagi-lagi alasan uanglah yang membuat anak-anak itu terlantar dan tidak bisa mendapatkan pendidikan. Dampak yang akan terjadi apabila seorang anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak adalah kurangnya pengetahuan dan mereka bisa menjadi anak-anak yang liar. Tujuan pendidikan itu sendiri adalah untuk membangun karakter dan tanggung jawab seorang anak untuk dapat melakukan kewajibannya sebagai murid atau siswa. Apabila anak-anak sejak kecil tidak mendapat pendidikan yang layak, tentu rohaniahnya tidak terbangun dan pola pikirnya nanti akan rusak. Dapat rusak karena pergaulan di luar rumahnya, dia akan mencari kesibukan dengan berkumpul bersama anak-anak yang bukan pelajar pula.
    Seringkali kita melihat anak-anak yang menjadi pengamen atau bahkan peminta-minta di jalanan. Ada yang karena ingin membantu perekonomian keluarganya ada pula yang dipaksa oleh orang tuanya. Namun, anak-anak kecil seusia mereka belumlah pantas untuk bekerja seperti itu, mereka harus mendapatkan pendidikan, mendapatkan asuhan dan kasih sayang baik dari orang tuanya maupun guru yang mengajar. Bukan malah di jalanan sebagai pengamen dan peminta-minta, mental mereka nanti akan menjadi mental pengemis dan peminta. Tentu tidak baik seusia mereka sudah diajarkan mental peminta dan pengemis. Guna mengatasi pendidikan yang layak bagi anak-anak terlantar adalah dengan menjaring atau mengumpulkan anak-anak itu, ditempatkan di suatu penampungan dimana di penampungan itu ada beberapa guru yang mengajar. Dengan begitu diharapkan agar anak-anak itu tetap mendapatkan pendidikan walaupun tidak di sekolahan umum, tetapi setidaknya mereka mendapatkan pengajaran dan pendidikan, serta mereka bisa mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari seorang guru. Dan pola pikir mereka pun bisa terlatih dengan baik. 
             Memasuki masalah kemacetan, kita hidup dalam teknologi yang sangat pesat, zaman pun sudah mulai berkembang dengan canggih. Banyak sekali mobil-mobil buatan luar negeri yang membanjiri produsen-produsen di Indonesia. Kita sebagai masyarakat yang up to date pastilah paham betul apa saja barang yang termasuk barang model baru. Tidak dapat dipungkiri dan tidak dapat dicegah sifat konsumerisme kita meningkat ketika ada barang buatan luar negeri yang diimpor ke Indonesia. Seperti mobil, begitu banyak macam mobil yang ada, sehingga orang kaya dengan enaknya membeli beberapa mobil untuk dipakai berganti-ganti. Seharusnya negara kita menjadi negara penghasil bukan malah sebagai negara pembeli. Sebab kemacetan itu sendiri adalah parkir sembarangan yang dilakukan orang-orang dengan seenaknya. Ia tidak mempedulikan bahwa jalan yang untuk parkir sempit, dia parkir disitu semakin menambah kesempitan dan menimbulkan kemacetan. Demi ketertiban, hendaknya polisi menilang atau menggembok mobil yang parkir sembarangan itu saja, agar orang yang tidak tertib tadi mengerti letak kesalahan dia dimana.
            Sudah banyak masalah yang kita bahas telah terjadi di negara tercinta kita ini. Tidak ada negara yang tidak memiliki permasalahan, pastilah di setiap negara mempunyai permasalahan, hanya saja permasalahan itu berbeda-beda polanya. Dan dalam penuntasannya, berhasil atau tidaknya itu semua tergantung dari pemimpinnya serta kerja sama antara masyarakat juga diperlukan demi terwujudnya keberhasilan bersama. Dan manfaatkan sebaik mungkin apa saja yang telah dimiliki negara kita ini, rawat dan jagalah demi kepentingan bersama. Jangan sia-siakan apa yang telah diperjuangkan oleh pemimpin kita yang terdahulu. Masih untung kita hidup di zaman yang serba berkecukupan ini, bayangkan bagaimana mereka yang hidup sebelum kita. Untuk itu, jadilah pemimpin dan calon pemimpin bangsa yang berkualitas, adil, jujur serta menghasilkan sebuah inspirasi bagi orang lain. Mulai tanamkan rasa disiplin untuk para pemuda, agar mereka dapat menjadi generasi yang bertanggung jawab kepada dirinya sendiri serta bertanggung jawab terhadap orang lain.

    “muda berkarya, tua berjasa"


  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Template Information


    Sample Footer


    Template Information

    Hot Articles

    AYOESOB CUSTOME STORE

    Test Footer